KONSEP DASAR PENYAKIT
( Efusi perikardium )
( Efusi perikardium )
1. DEFINISI
Efusi perikardium
adalah penumpukan cairan abnormal dalam ruang perikardium. Ini dapat disebabkan
oleh berbagai kelainan sistemik, lokal atau idiopatik. Cairan tersebut dapat
berupa transudat, eksudat, pioperikardium, atau hemoperikardium. Efusi
perikardium bisa akut atau kronis, dan lamanya perkembangan memiliki pengaruh
besar terhadap gejala-gejala pasien. Efusi perikardium merupakan hasil perjalanan klinis dari suatu penyakit yang
disebabkan oleh infeksi, keganasan maupun trauma. Gejala vang timbul dari
keadaan efusi perikardium tidak spesifik dan berkaitan dengan penyakit yang mendasari
terjadinya efusi perikardium.
Perikardium
terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan dalam atau lapisan serosa dan lapisan luar
atau fibrosa. Bentuk lapisan fibrosa perikardium seperti botol dan berdekatan
dengan diafragma, sternum dan kartílago kosta. Lapisan serosa lebih tipis dan
berdekatan dengan permukaan jantung. Perikardium berfungsi sebagai barier
proteksi dari infeksi atau inflamasi organ-organ sekitarnya. Jumlah normal
cairan perikardium 15-50 ml, disekresi oleh sel mesotelial. Akumulasi abnormal
cairan dalam ruangan perikardium dapat menimbulkan efusi perikardium.
Selanjutnya akumulasi tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan perikardium,
penurunan cardiac output dan hipotensi (tamponade jantung). Akumulasi cairan
yang sangat cepat akan mempengaruhi hemodinamik.2,4


2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya efusi perikardium antara lain
· Inflamasi dari pericardium (pericarditis) adalah sebagai suatu respon dari penyakit, injury atau gangguan inflamasi lain pada pericardium. Pericarditis dapat mengenai lapisan visceral maupun parietal perikardium dengan eksudasi fibrinosa. Jumlah efusi perikardium dapat bervariasi tetapi biasanya tidak banyak, bisa keruh tetapi tidak pernah purulen. Bila berlangsung lama maka dapat menyebabkan adhesi perikardium visceral dan parietal.
· Penyebab spesifik dari efusi pericardial adalah :
1. Infeksi dari Virus, bakterial, jamur dan parasit
2. Inflamasi dari perikardium yg idiopatik
3. Inflamasi dari pericardium akibat operasi jantung dan heart attack (Dressler's syndrome)
4. Gangguan Autoimmune, seperti rheumatoid arthritis atau lupus
5. Produksi sampah dari darah akibat gagal ginjal (uremia)
6. Hypothyroidism
7. HIV/AIDS
8. Penyebaran kanker (metastasis), khususnya kanker paru, kanker payudara, leukemia, non-Hodgkin's lymphoma atau penyakit Hodgkin's
9. Kanker dari pericardium yang berasal dari jantung
10.
Therapy
radiasi untuk kanker
11.
Tindakan
Chemotherapy untuk kanker
12.
Trauma
atau luka tusuk didekat jantung
13.
Obat-obat
tertentu seperti obat high blood pressure; isoniazid, phenytoin (Dilantin,
Phenytek, others), obat kejang epileptic
Penyebab tersering efusi perikardium pada keganasan ialah
kanker paru dan payudara (25-35%). Penyebab lainnya ialah : limfoma, kanker
saluran cerna, dan melanoma. Tumor primer perikardium seperti mesotelioma atau
rhabdomiosarkoma jarang sebagai penyebab efusi perikardial. Perluasan langsung
keganasan disekirat jantung seperti kanker esofagus dan paru dapat juga
menyebabkan efusi perikardial. Perikarditis pasca radisi pada penderita kanker
dapat menimbulkan efusi perikardial yang dapat timbul setelah beberapa minggu
sampai 12 bulan.
3. PATOFISIOLOGI
Pada kasus efusi perikardial metastasis perikardial multipel lebih
sering dijumpai pada perikardium parietalis dibandingkan dengan perikardium
viseralis. Tumor ini secara langsung dapat mensekresi cairan (eksudat), tetapi
dapat juga menghalangi aliran limfe. Adanya tumor, timbunan cairan serta
penebalan perikardium akan mengganggu gerak jantung. Penimbunan cairan akan
mengganggu pengisian diastolik ventrikel kanan sehingga menurunkan isi sekuncup
(stroke volume). Hal ini diimbangi oleh mekanisme kompensasi berupa takikardia
dan peningkatan kontraksi miokardium. Tetapi jika mekanisme kompensasi ini dilewati, curah jantung
(cardiac output) menurun maka akan terjadi gagal jantung, syok sampai kematian.
Berapa jumlah cairan agar dapat menimbulkan keadaan ini tergantung dari kecepatan pembentukan cairan dan distensibilitas pericardium.
Perikardium dapat terinfeksi
mikobakterium TB secara hematogen, limfogen ataupun penyebaran langsung
Perikarditis TB sering terjadi tanpa TB paru maupun TB di luar paru lain. Penyebaran
tersering karena infeksi di nodus mediastinum, secara langsung masuk ke
perikardium, terutama di sekitar percabangan trakeobronkial.. Protein antigen
mikobakterium TB menginduksi delayed hypersensitive response dan merangsang
limfosit untuk mengeluarkan limfokin yang mengaktifasi makrofag dan
mempengaruhi pembentukan granuloma. Terdapat 4 stadium evolusi perikarditis TB :
1. Stadium fibrinosa: terjadi
deposit fibrin luas bersamaan dengan reaksi granuloma. Stadium ini sering tidak
menimbulkan gejala klinis sehingga tidak terdiagnosis.
2. Stadium efusi : terbentuk efusi dalam kantong
perikardium. Reaksi hipersensitif
terhadap tuberkuloprotein, gangguan resorbsi dan
cedera vaskuler dipercaya dapat membentuk efusi perikardium. Permukaan
perikardium menjadi tebal dan berwarna abu-abu tampak seperti bulu-bulu kusut
yang menunjukkan eksudasi fibrin. Efusi dapat berkembang melalui beberapa fase
yaitu: serosa, serosanguinous, keruh atau darah. Reaksi seluler awal cairan
tersebut mengandung sel polimorfonuklear (PMN). Jumlah total sel berkisar
500-10000/ mm3. Terjadi perubahan kimiawi yang ditandai
dengan penurunan glukosa dan peningkatan protein. Pada
stadium ini dapat terjadi efusi masif sebanyak 4 L.
3. Absorpsi efusi dengan terbentuknya granuloma
perkijuan dan penebalan perikardium. Pada stadium ini terbentuk fibrin dan
kolagen yang menimbulkan fibrosis perikardium.
4. Penebalan perikardium parietal, konstriksi
miokardium akan membatasi ruang gerak jantung dan ada deposit kalsium di
perikardium. Pada kasus ini sudah terjadi penebalan perkardium parietal dan
konstriksi miokardium.
Bila volume cairan melebihi "penuh" di tingkat
perikardium itu, efusi perikardial mengakibatkan tekanan pada jantung dan
terjadi Cardiac Tamponade (tamponade jantung) yaitu terjadinya kompresi
jantung akibat darah atau cairan menumpuk di ruang antara miokardium (otot
jantung) dan perikardium (kantung jantung). Kompresi tersebut menyebabkan
fungsi jantung menurun. Tamponade jantung yang merupakan kompresi jantung
yang cepat atau lambat, akibat akumulasi cairan, pus, darah, bekuan atau gas di
perikardium; menyebabkan peningkatan tekanan intraperikardial yang sangat
mengancam jiwa dan fatal jika tidak terdeteksi. Insidens tamponade jantung di
Amerika Serikat adalah 2 kasus per 10.000 populasi. Lebih sering pada anak
laki-laki (7:3) sedangkan pada dewasa tidak ada perbedaan bermakna (laki-laki :
perempuan - 1,25:1).7 Morbiditas dan mortalitas sangat tergantung dari
kecepatan diagnosis, penatalaksanaan yang tepat dan penyebab.
Pembagian tamponade jantung
berdasarkan etiologi dan progresifitas 9:
1. Acute surgical tamponade: antegrade aortic
dissection, iatrogenic dan trauma tembus kardiak.
2. Medical tamponade: efusi perikardial akibat
perikarditis akut, perikarditis karena keganasan atau gagal ginjal.
3. Low-pressure tamponade: terdapat pada
dehidrasi berat.
Pada tamponade jantung terjadi
penurunan pengisian darah saat diastolik karena otot jantung tidak mampu
melawan peningkatan tekanan intraperikardial. Terdapat 3 fase perubahan hemodinamik :
1. Fase 1: Peningkatan cairan perikardial
meningkatkan tekanan pengisian ventrikel. Pada fase ini tekanan ventrikel kanan
dan kiri tetap lebih tinggi daripada tekanan intraperikardial.
2. Fase 2: Peningkatan tekanan intraperikardial
melebihi tekanan pengisian ventrikel kanan, sehingga curah jantung turun.
3. Fase 3: Tercapai keseimbangan antara
peningkatan tekanan intraperikardial dengan tekanan ventrikel kiri sehingga
terjadi gangguan curah jantung yang berat.
4. MANIFESTASI KLINIK
Banyak pasien dengan efusi perikardial tidak menunjukkan
gejala. Kondisi ini sering ditemukan ketika pasien melakukan foto dada x-ray
atau echocardiogram untuk mendiagnosa penyakit lain. Awalnya, pericardium dapat
meregang untuk menampung kelebihan cairan. Oleh karena itu, tanda dan gejala
terjadinya penyakit mungkin akan terjadi ketika sejumlah besar cairan telah
terkumpul.
Jika
gejala muncul, maka kemungkinan akan terdeteksi dari kelainan organ di
sekitarnya, seperti paru-paru, lambung atau saraf frenik (saraf yang terhubung
ke diafragma). Gejala juga dapat terjadi karena gagal jantung diastolik (gagal
jantung yang terjadi karena jantung tidak dapat berdetak normal seperti
biasanya pada setiap gerakan karena kompresi ditambahkan). Biasanya gejala yang
timbul pada efusi perikardial yaitu :
1.
Dada
seperti ditekan dan terasa sakit
2.
Sesak Napas
3.
Terasa mual
4.
Perut
terasa penuh dan kesulitan
menelan
Sedangkan gejala efusi perikardial yang menyebabkan
tamponade jantung yaitu
:
1.
Kebiruan pada bibir dan kulit
2.
Penderita
mengalami syok
3.
Perubahan
Status mental
Gejala klinik tergantung dari jumlah
cairan dan kecepatan penimbunan cairan dalam kavum perikardium. Penderita efusi
perikardial tanpa tamponade sering asimtomatik. Kurang dari 30% penderita
menunjukkan gejala seperti nyeri dada, napas pendek, ortopnea atau disfagia.
Pada pemeriksaan fisik tampak vena leher terbendung, suara jantung terdengar
jauh, tekanan nadi mengecil dan takikardia. Tamponade jantung memberikan gejala
: gelisah, sesak napas hebat pada posisi tegak dan sesak nafas agak berkurang
jika penderita membungkuk kedepan, takikardia, tekanan nadi menyempit, pulsus
paradoksus (tekanan sistolik turun lebih dari 10 mmHg
pada inspirasi), hipotensi sampai syok. Batas jantung melebar, suara jantung
terdengar jauh, terdengar gesekan perikardial, serta vena leher melebar dan
berdenyut.
Gejala klinik tamponade jantung
sangat dipengaruhi oleh kecepatan akumulasi cairan perikardium. Akumulasi
lambat memberi kesempatan kompensasi jantung yang lebih baik yaitu: takikardi,
peningkatan resistensi vaskuler perifer dalam beberapa hari atau beberapa
minggu. Tetapi akumulasi yang cepat akan menimbulkan peregangan perikardium
yang tidak adekuat dan berakibat fatal dalam beberapa menit.
Pemeriksaan fisis tamponade jantung :
- Trias Beck meliputi hipotensi, peningkatan JVP dan suara jantung melemah.
- Pulsus paradoksus: penurunan tekanan sistolik lebih dari 12 mm Hg pada saat inspirasi.
- Kussmaul sign: penurunan tekanan dan distensi JVP yang sebelumnya meningkat saat inspirasi.
- Tanda Ewart: gambaran redup di daerah di bawah skapula kiri ; terjadi pada efusi perikardial luas.
5. EVALUASI DIAGNOSTIK
1.
Foto thorak akan menunjukkan
jantung membesar berbentuk globuler (water bottle heart). Gambaran jantung
seperti ini baru tampak jika cairan lebih dari 250 ml. Sering juga dijumpai
efusi pleura.

2.
Elektrokardiografi :
menunjukkan takikardia, gelombang QRS rendah, elevasi segmen ST yang cekung,
dan electrical alternans.

3.
Ekokardiografi merupakan
pemeriksaan noninvasif yang paling akurat. Disini akan tampak adanya akumulasi
cairan didalam kavum perikardium, kadang-kadang juga adanya metastasis pada
dinding perikardium. Ekokardiografi merupakan
alat diagnostik pilihan dan sensitif untuk mendiagnosis efusi perikardium dan
tamponade jantung.

4.
Perikardiosentesis diagnostik
sebaiknya memakai tuntunan ekokardiografi sehingga lebih aman. Sekitar 50%
cairan aspirat bersifat hemoragik dan 10% serosanguinus. Pada cairan ini
dilakukan pemeriksaan kultur, hitung sel
dan sitologi. Pemeriksaan sitologi cukup
sensitif dengan kemampuan diagnostik sekitar 80%, tetapi hasil negatif palsu
sering dijuampai pada limfoma maligna gan mesotelioma. Dalam keadaan demikian
dilakukan biopsi perikardium.

5.
Pemeriksaan lain: kateterisasi
jantung jarang diperlukan. Disini dijumpai tekanan disatolik dalam atrium kana,
ventrikel kanan dan arteri pulmonalis hampir sama.
6.
TERAPI
Terapi untuk efusi perikardial maligna terdiri dari :
a.
Terapi non-spesifik atau
simtomatik
b.
Terapi spesifik
Terapi non-spesifik
1.
Perikardiosentesis terapeutik
Tindakan ini merupakan tindakan darurat pada
tamponade jantung. Disini dapat dipasang pig tail cathether selama 2-3 hari.
Selama itu penderita harus diberi antibiotika. Perikardiotomi subxiphoidea
dapat dilakukan dibawah anestesi lokal. Angka kekambuhan sekitar 6-12%.
2.
Pembuatan pericardial window
Tindakan ini memerlukan torakotomi dan
dilakukan drainase dari kavum perikardium ke kavum pleura. Angka kekambuhan
sekitar 5-20%.
3.
Perikardiodesis
Disini dilakukan pemberian tetrasiklin,
thiothepa atau bleomisin ke dalam kavum perikardium untuk melengketkan
perikard. Tetrasikin 500 mg dalam 25 ml salin dimasukkan dalam 2-3 menit, atau
bleomisin 30 unit dalam 20 ml salin.
4.
Perikardiektomi
Disini sebagian besar perikardium diangkat
sehingga angka kekambuhan kecil, tetapi mortalitas dan morbiditas lebih besar.
Perikardiektomi terutama dilakukan pada perikarditis konstriktif.
Terapi spesifik
Terapi ini ditujukkan untuk mengatasi kanker
yang menjadi penyebab efusi tersebut.
1.
Kemoterapi
Kemoterapi terutama diberikan pada kanker
payudara, kanker paru sel kecil, limfoma dan leukimia. Tindakan ini tidak dapat
segera mengurangi gejala efusi dan respons jangka panjang tergantung pada
sensitifitas kanker terhadap kemoterapi.
2.
Radioterapi
Untuk kanker yang radiosensitif diberikan
radiasi dengan dosis 2000-3000cGy dalam 2-3 minggu.
Perikardiosentesis
Suatu prosedur pembedahan dimana perikardium dibuka untuk
mengalirkan cairan yang terkumpul didalamnya. Perikardiosentesis terbuka bisa
dilakukan dengan membuat insisi kecil dibawah ujung sternum atau melalui suatu
insisi kecil diantara tulang iga di sisi kiri toraks.


Indikasi operasi
- Efusi perikardium berulang atau masif dengan tamponade jantung
- Biopsi Perikardium
- Pemasangan alat pacu jantung epikardium
Kontra indikasi operasi
- Efusi perikardium berulang, kronis Berta “bloody”
- Perikarditis infeksiosa
- Etiologi Efusi Perikardium
- Infeksi
- Keganasan
Pemeriksaan Penunjang
- EKG
- Ekokardiografi
- Sitologi cairan
- Biopsi
- CT Scan
Teknik Operasi
- Lakukan aseptik dan antiseptik pada daerah operasi lalu berikan anestesi lokal atau umum.
- Kemudian lakukan insisi pada midline sekitar 10 cm mulai dari xiphisternaIjunction menuju ke ujung xiphoid. Sebuah bidang di letakkan pada posterior xiphoid kemudian xiphoid diangkat ke anterior sehingga hal ini memisahkan xiphoid dengan rectus sheath.
- Xiphisternal junction di pindahkan dan sebuah bidang terbentuk, dengan mengangkat bagian distal sternum ke anterior serta menarik diafragma kebawah sehingga tampak perikardium sebagai sebuah membran fibrosa.
- Perikardium di genggam kemudian dilakukan insisi sehingga cairan keluar.
- Lalu letakkan chest tube pada rongga perikardium untuk mengalirkan cairan efusi.
- Kemudian insisi ditutup lapis demi lapis.

Komplikasi
operasi
Komplikasi tersering adalah perdarahan durante operasi,
infeksi, komplikasi anestesi, hernia pada tempat insisi, serta ceders pada
jantung.
Mortalitas
Angka kematian setelah 30 hari sangat tinggi, tetapi
berkaitan dengan proses dasar penyakitnya: 33% penderita dengan efusi malignans
dan 5% dengan efusi benigna.
Perawatan Pasca Bedah
Drainase perikardium ini dipertahankan selama beberapa hari
postoperasi sampai dengan jumlah cairan yang keluar dibawah 100 ml/hari.
Periode ini memberikan waktu aposisi dan adhesi antara perikardium visceral dan
parietal.
Follow-U
- Analisis cairan pericardium dengan pemeriksaan kultur, sitologis dan tes yang lain berdasarkan indikasi.
- Melakukan terapi yang terdapat berdasarkan hasil analisis
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Fokus
pengkajian keperawatan ditujukan untuk mngobservasi adanya
tanda-tanda dan gejala
kelebihan ciaran paru dan tanda serta gejala sistemis.
·
Aktifitas /istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan
ktifitas, gelisah, dispnea saat istirahat atau aktifitas, perubhan status
mental, tanda vital berubah saat beraktifitas.
·
Sirkulasi
Riwayat HT Infark Miocard Akut, GJK
sebelumnya, penyakit katup jantung, anemia , syok dll
Tekanan Darah, tekanan nadi frekuensi
jantung, irama jantung, nadi apical bunyi jantung S3 galop nadi
perifer bekurang perubahan dalam
denyutan nadi jugularis warna kulit kebiruan punggung kuku pucat atau
sianosis hepar, pembesaran bunyi nafas krekles atau ronkhi edema.
·
Integritas ego
Kemungkinan klien mengalami ansietas,
stress, marah, takut dan mudah tersinggung.
·
Eliminasi
Gejala penurunan berkemih urun berwarna
pekat, berkemih malam hario diare/ konsipasi.
·
Makanan / cairan
Kehilangan nafsu makan mual, muntah,
penambahan berat badan signifikan, Pembengkakan ektrimitas bawah, diit tinggi garam pengunaan diuretic distensi
abdomen edema umum dll.
·
Hygiene
Keletihan selama aktifitas perawatan diri,
penampilan kurang
·
Neurosensori
Kelemahan, pusing letargi, perubahan
perilaku dan mudah tersinggung
·
Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut kronuk nyeri abdomen sakit
pada otot gelisah.
·
Pernafasan keamanan
Dispnea saat aktifitas tidur sambil duduk
atau dngan beberapa bantal.btuk dengan atau tanpa sputum penggunaan bantuan
otot pernafasan oksigen dll. Bunyi nafas warna kulit.
·
Interaksi sosial
Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
Pemeriksaan Diagnostik :
(a)
Foto torak dapat mengungkapkan
adanya pembesaran jantung, edema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa
CHF.
(b)
EKG dapat mengungkapkan adanya
takhikardi, hipertropi bilik jantung dan iskemi (jika disebabkan oleh AMI).
(c)
Elektrolit serum yang
mengungkapkan kadar natrium yang rendah shg hasil hemodilusi darah dari adanya
kelebihan retensi air.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara
lain :
1. Penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan kontraktilitas jantung ditandai dengan perubahan
EKG, palpitasi, takikardia, edema, keletihan, murmur, penurunan nadi perifer,
ologuria, pengisian ulang kapiler memanjang, perubahan warna kulit, crakels,
batuk, ortopnea, dispnea paroksimal nocturnal, bunyi S3, atau bunyi S4.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer behubungan dengan menurunnya curah jantung ditandai dengan takikardia,disritmia, perubahan tekanan darah
(hipotensi/hipertensi), penurunan keluaran urine, nadi perifer tidak teraba, kulit
dingin kusam, CRT > 3 detik, ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan
nyeri dada.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi yang
ditandai dengan dispnea, penggunaan otot nafas tambahan untuk bernafas dan RR
>20 x/menit.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penumpukkan cairan vena kava inferior ditandai
dengan oedema pada ekstremitas bawah.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya
suplai oksigen keseluruh tubuh dan
metabolisme basal terganggu ditandai dengan klien mengalami kelemahan dalam
melakukan kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
dr.Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak,
Bedah, dan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
http://ayikrik2.blogspot.com/2010/04/askep-tamponade-jantung.html
(diunduh pada tanggal 21 Mei 2013, pukul 20.23 wita)
Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika
Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddarth : editor). Jakarta : EGC
Tarwanto & Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
Buku Ajar Bedah, Jonatan GS Wari,1995. Jakarta :
penerbit Buku Kedokteran EGC
Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemuka, Ethel
Sloane,1995. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gawat Darurat Dibidang Penyakit Dalam, Prof. Dr.
dr. I. Made Bakta, SpPD (KHOM). 1999. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular, Arif Muttaqin,2009. Jakarta : penerbit Salemba Medika.
Rencana Asuhan Keperawatan, Marilynn E.Doengoes,
et al, 1999. Jakarta : EGC.
No comments:
Post a Comment